Minggu, April 18, 2010

PROSES PERKEMBANGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KOTA SURABAYA

PROSES PERKEMBANGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
DI KOTA SURABAYA
Oleh :
Mahmud Rizal Irawan

Latar Belakang
Surabaya merupakan kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Salah satu indikasinya adalah adanya perkembangan pemukiman. Perkembangan permukiman Kota Surabaya mengalami perubahan yang sangat signifikan. Tujuan pembahasan kali ini adalah untuk mengetahui perkembangan pemukiman di Surabaya pada setiap periode beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya yang dibagi menjadi delapan periode yang secara berturut-turut dimulai sejak jaman pra kolonial, periode 1275-1625, periode 1626-1743, periode 1743-1808, periode 1808-1870, periode 1870-1940, periode penjajahan Jepang, dan periode pasca kemerdekaan – sekarang.
Pemukiman di Surabaya ini mengalami pergeseran persebaran, dimana pada awalnya pemukiman di Surabaya ini tersebar di daerah utara Surabaya hingga pada perkembangannya pemukiman terus berkembang ke arah selatan, barat, dan timur Surabaya. Hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan akan pertahanan, adanya kegiatan perekonomian seperti perdagangan dan politik, terbukanya serta pertumbuhan penduduk yang pada akhirnya membutuhkan ruang sebagai tempat tinggal.
Untuk itu dalam makalah ini akan membahas perkembangan permukiman di kota Surabaya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah mengetahui dan Memahami sejarah perkembangan perumahan dan permukiman di kota Surabaya.

PEMBAHASAN
Surabaya adalah salah satu kota tertua di Indonesia. Bukti sejarah menunjukkan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum zaman colonial. Secara tertulis, bukti yang menyebutkan adanya Surabaya tercantum dalam prasasti Trowulan I, yang berangka tahun 1358 M. di dalam prasasti tersebut dicantumkan nama-nama tempat penyebrangan penting sepanjang sungai Brantas.
Von Faber (953:75-93) membuat hipotesis bahwa Surabaya didirikan pada tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara sebagai tempat permukiman baru bagi para prajuritnya yang berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan di tahun 1270 M. permukiman baru yang diberi nama Surabaya itu terletak di sebelah Barat Kalimas dan Kali Pegirian di sebelah Timur. Sebelah utara dan selatan adalah dua terusan (yang sekarang sudah tidak ada), yang sebelah selatan menjadi Jl. Jagalan sedangkan yang sebelah utara hilang sewaktu dibangun stasiun kereta api Semut.
Pada sekitar tahun 1720-an, VOC masuk kota Surabaya jatuh ketangan VOC. Dalam menduduki kota Surabaya VOC mula-mula membangun loji dan benteng yang terletak di sebelah Utara kota Surabaya lama (kurang lebih sekarang didaerah kompleks kantor Gubernur Jatim di Jl. Pahlawan) dan VOC juga mendirikan permukiman-permukiman untuk prajuritnya. Awal permukiman VOC di Surabaya, yaitu Fort Retranchement. Merupakan tempat permukiman keluarga tentara Belanda yang terletak disebelah Benteng. Oleh penduduk setempat sering disebut sebagai kampung kecil. Lokasinya pun berdekatan yakni, terletak di Kompleks kantor gubernur.
Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satunya dalam aspek permukiman, adanya permukiman di Surabaya sudah ada sejak masa pra colonial hingga sekarang. Kota Surabaya tumbuh sangat pesat setelah terbentuknya Gemeente Surabaya sebagai hasil Undang-undang Deesentralisasi pada tanggal 1 April 1896. Arsitektur di Surabaya pun berkembang pesat setelah tahun 1900 bersamaan dengan kedatangan para arsitek professional yang berpendidikan akademis dari Belanda. Struktur kota dan Bangunan yang terbentuk setelah tahun 1900-an ini masih terlihat sangat dominant di kota Surabaya sampai sekarang.
Masa penjajahan jepang dapat dikatakan relative singkat (1942-1944), semasa perang dunia ke dua. Selama masa ini tidak ada pembangunan perumahan, perkembangan kota tidak mengalami perubahan sampai Indonesia mencapai kemerdekaan.
Pada masa pasca kemerdekaan tepatnya sampai tahun 1951 pembangunan belum berjalan. Hal ini disebabkan karena Indonesia masih di liputi oleh peperangan-peperangan kecil antar daerah. Baru pada tahun 1952 (setelah keadaan stabil) walikota Surabaya memprakarsai membangun perumahan rakyat bagi rakyat yang rumahnya hancur akibat perang seperti di daerah Darma Rakyat, Kapas Krampung, Putro Agung, Karang Empat. Kemudian pada tahun 1954 pemerintah membentuk suatu yayasan yang mengelola perumahan bagi pegawai negeri disebut YKP-KMS. Bersamaan dengan ini dibangun pula perumahan untuk anggota militer didaerah Gunung Sari untuk angkatan darat, di Tanjung Perak untuk angkatan laut, di Sidotopo untuk jawatan kereta api dan perumahan bertingkat tiga di daerah Taman Apsari dan Joyoboyo untuk pegawai perkebunan Negara.
Perkembangan pemukiman pada masa ini dipengaruhi karena telah terbukanya hubungan dengan dunia luar sehingga banyak bantuan dari luar negeri untuk program-program perumahan seperti proyek perbaikan kampung di daerah WR Supratman. Sedangkan badan YKP-KMS terus berupaya mengembangkan upayanya untuk membangun perumahan-perumahan.
Tahun 1970-1980 an adalah masa puncak pembangunan di Surabaya, pada tahun 1970 an inilah di Surabaya berkembang perumahan yang dikelola oleh pihak swasta yang dikenal dengan sebutan real estate. Perumahan swasta besar pertama berada di Surabaya Barat yang dikenal dengan kota satelit yaitu Darmo Satelit, dikelola oleh PT. Darmo Satelit Town dengan luas area 400 Ha di desa Dukuh Kupang.
Pada perkembangan selanjutnya yaitu sekitar tahun 2000-an, perkembangan pemukiman di Surabaya dipengaruhi oleh perkembangan penduduk dan aktivitas perekonomian kota Surabaya. Dengan bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan akan ruang semakin banyak. Hal ini menyebabkan pemukiman berkembang ke arah selatan, timur, dan barat kota Surabaya yang memiliki lahan yang luas sebagai kawasan pemukiman. Selain itu, aktivitas perekonomian yang sangat tinggi di daerah pusat kota menyebabkan penduduk memilih untuk membangun kawasan pemukiman ke arah pinggiran kota. Hal tersebut dapat dilihat pada tahun 2000 ke tahun 2005 yang mana perkembangan kawasan pemukiman mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama ke daerah pinggiran Kota Surabaya.

RELEVANSI DENGAN PERKEMBANGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI INDONESIA
Perkembangan perumahan dan permukiman merupakan pengaruh dari perkembangan kota. Kota-kota di Indonesia secara umum, Nas (1986) membedakannya menjadi 4 periode, yaitu:
1. Kota Indonesia awal
2. Kota Indische
3. Kota Kolonial
4. Kota Modern (Diktat Perancangan Kota, Ir. Heru Purwadio, MSP)
Pada tahap awal, kota tradisional mempunyai struktur yang jelas dan mencerminkan aturan kosmologi dan pola sosio kultur. Pada masa ini, kota-kota tradisional umumnya dititik beratkan pada perdagangan. Kota Surabaya sendiri, dahulunya juga merupakan pelabuhan perdagangan dan jalur akhir dari sungai Brantas. Sungai Brantas sendiri sebagai jalur transportasi dari wilayah pedalaman yang berakhir di Surabaya. Dalam perkembangannya juga sebagai basis pertahanan bagi Kartanegara.
Di kota Surabaya pada tahap ini, adanya permukiman di sebabkan karena masuknya VOC yang membangun permukiman untuk tentara dan keluarga tentara yaitu Fort Retranchement yang terletak disebelah benteng dan berdekatan dengan kantor Gubernur. Dalam perkembangannya, berkembang pula perdagangan akibat dari strategisnya daerah pinggir kali mas dan nantinya berkembang sebagai pusat perdagangan.
Setelah runtuhnya era VOC, Belanda berangsur-angsur merubah status penguasan maritimnya menjadi penguasan teritorial yang tersistimasi dan terstruktur yang merupakan paduan dari tahap Indonesia awal dengan intervensi kolonial. Pada perkembangannya permukiman disusun berdasarkan UU desentralisasi.
Pada tahap kota modern, kecenderungan kota yang ditengarai oleh Karsten pada periode Kolonial diperkuat oleh perkembangan urbanisasi modern. Di mana pada masa ini telah tebuka hubungan dengan dunia luar. Seiring perkembangannya, banyak pihak swasta yang mengembangkan permukiman seiring dengan perkembangan aktivitas ekonominya.

Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan pemukiman di Surabaya sejak periode pra kolonial sampai sekarang dipengaruhi oleh kebutuhan akan pertahanan, adanya kegiatan perekonomian seperti perdagangan dan politik, terbukanya serta pertumbuhan penduduk yang pada akhirnya membutuhkan ruang sebagai tempat tinggal.

Penutup
Pemahaman pada perkembangan atau sejarah kota sangat penting baik dari segi pembangunan yaitu bagaimana kita membangun dan merencanakan, dan kita dapat melihat flashback dari kacamata sejarah tersebut seperti apa kebutuhan kota pada masa itu yang dapat kita pelajari maknanya untuk pembangunan kota Surabaya masa kini. Dari segi pendidikan, kita juga dapat mengetahui seberapa pentingnya sejarah perkembangan ini dan dapat kita pelajari, memahami dan juga kita harus menjaga bangunan-bangunan bersejarah sebagai kekayaan dan warisan dari masa lalu.

Daftar Pustaka

Purwadio, H. (2005). Dalam Diktat Perncangan Kota 1.

Handinoto.1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya 1870-1940.Yogyakarta:ANDI
www.surabaya.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar